Sumber: gonews.co
Terus belajar dan berkembang adalah kunci kesuksesan di
segala bidang. Prinsip ini selalu menjadi pegangan Sukanto
Tanoto dalam menjalankan bisnisnya. Namun bukan hanya dalam koridor bisnis,
prinsip tersebut juga menjadi dasar setiap unit bisnisnya dalam menjalankan
program pertanggungjawaban sosial. Hal senada juga dilakukan oleh PT RAPP
bersama dengan desa binaannya, Desa Penyengat.
Nama Desa Penyengat semakin dikenal berkat produksi buah
nanasnya yang melimpah dan kualitasnya yang memiliki standar tinggi. Dengan
didampingi PT RAPP, desa ini terus berkembang dan menunjukkan produktivitasnya
dalam menghasilkan nanas madu. Pencapaian tersebut hanyalah sebuah awalan. Demi
meningkatkan produksi dan kualitas nanasnya, PT RAPP mengajak para petani Desa
Penyengat untuk belajar dari desa yang telah lebih dulu menyandang sebutan
sebagai sentra nanas di Kabupaten Siak.
Studi Banding Petani Desa Penyengat ke Kampung Tanjung Kuras
Terletak di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi
Riau, Kampung Tanjung Kuras telah lama dikenal sebagai pusatnya nanas. Lahan
seluas 800 hektar menjadi tempat para petani nanas Kampung Tanjung Kuras
membudidayakan nanas sebagai komoditas andalan desa.
Dibandingkan dengan luas lahan perkebunan nanas Desa
Penyengat yang saat ini masih seluas 250 hektar, luas perkebunan nanas Kampung
Tanjung Kuras memang berada jauh di atasnya. Akan tetapi bukan itu yang membuat
kampung ini begitu menarik. Hasil produksi nanas Kampung Tanjung Kuras
cenderung terus mengalami peningkatan. Petani nanas di desa ini juga rutin
mengembangkan diri melalui pelatihan.
Hal ini menjadi perhatian bagi CD (Community Development) PT RAPP. Melihat kesuksesan Kampung Tanjung
Kuras, perusahaan Sukanto Tanoto itu
pun tertarik untuk menularkannya kepada Desa Penyengat.
Studi banding dipilih sebagai pola pelatihan kali ini.
Melalui studi banding, petani nanas Desa Penyengat bisa mengetahui apa saja
yang dilakukan petani nanas Kampung Tanjung Kuras hingga bisa memproduksi nanas
berkualitas dengan jumlah produksi yang terus meningkat. Di sisi lain, petani
di Kampung Tanjung Kuras juga bisa belajar beberapa hal dari Desa Penyengat dan
PT RAPP.
Dalam program studi banding ini, petani Desa Penyengat
berhasil mempelajari banyak hal. Salah satu petani Desa Penyengat, yakni
Supriyadi merasa semakin bersemangat untuk lebih giat dalam membudidayakan
nanas. Begitu juga dengan Apo. Ia mengaku semakin termotivasi setelah mengikuti
studi banding tersebut.
Semakin Sejahtera dengan Budi Daya Nanas
Budi daya nanas di Desa Penyengat sebenarnya masih terbilang
cukup baru. Budi daya ini baru mulai dilakukan pada tahun 2014 lalu, tepatnya
setelah CD (Community Development)
dari salah satu perusahaan Sukanto
Tanoto, yakni PT RAPP masuk dan mulai memberi program pelatihan dan
pendampingan.
Setelah CD perusahaan Sukanto
Tanoto masuk ke desa ini, secara bertahap kesejahteraan para petani semakin
meningkat. CD PT RAPP menyarankan para petani untuk menanam buah nanas dan
memberikan segala bantuan yang dibutuhkan.
Mulai dari pelatihan hingga bantuan bibit, pupuk dan
peralatan diberikan. Usaha CD PT RAPP dan para petani Desa Penyengat ini pun
berbuah manis. Saat ini Desa Nanas mampu menghasilkan sedikitnya 96.000 buah
nanas. Bahkan desa ini kini juga dikenal sebagai salah satu desa penghasil
nanas di Kabupaten Siak.
Berkat kesuksesan budi daya nanas, penghasilan petani desa
binaan perusahaan Sukanto
Tanoto ini pun terdongkrak. Bahkan kini tidak sedikit petani nanas Desa
Penyengat yang bisa memperoleh penghasilan Rp 10 juta tiap bulannya.